March 4, 2012

PANIC DISORDER AND GENERALIZED ANXIETY DISORDER

Case history
Ms X adalah seorang wanita 37 tahun yang telah menikah dan memiliki dua anak, usia 15 dan 10 tahun. Dia teridentifikasi mengalami kepanikan yang parah semenjak dirinya mengalami keguguran lima tahun yang lalu. Dia takut akan mengalami serangan jantung atau bahkan dia takut meninggal pada saat panik tersebut. Dia tidak membatasi kegiatannya karena kepanikan ini, namun dia menghindari kegiatan yang dapat merangsang peningkatan denyut jantung seperti latihan fisik, dan dia tidak melakukan pengalihan untuk mengatasinya. Kekhawatiran lain di luar kepanikan dipusatkan pada masa depan anak-anaknya, kesehatannya, penuaan, dalam menyelesaikan kegiatan rumah tangga, kinerja dalam kursus yang sedang berlangsung, dan ketika berinteraksi dengan anak-anaknya di depan orang lain. Ms X membantah adanya riwayat penyalahgunaan zat, masalah kesehatan fisik (kecuali penyakit asma dan hipoglikemia, yang dapat dikendalikan dengan pengobatan), atau masalah kejiwaan lain. Pada saat pengobatan, Ms X teridentifikasi kekhawatiran dalam berbagai domain dalam hal gejala-gejala fisik, seperti ketidakmampuan untuk bersantai, gangguan tidur (insomnia dan sering terbangun pada malam hari), lekas marah, dan tekanan dalam pernikahan dan dalam hubungannya dengan anak-anaknya. Pengobatan sebelumnya untuk kecemasan terdiri dari tiga sesi CBT sekitar 1 tahun yang lalu, yang dilaporkan menghasilkan beberapa manfaat yang minimal, salah satunya dengan membaca buku dapat untuk mengurangi kecemasan. Dalam pengobatan Ms X diobati dengan Clonazepam, yang diambil dua kali sehari, dengan beberapa tambahan yang digunakan untuk mengendalikan gejala kecemasan akut. Dia mempunyai riwayat 5 tahun percobaan berbagai pengobatan anxiolytic dengan efek yang umum.
Setelah dilakukan assesment berupa wawancara diagnostik terstruktur, Ms X memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan panik tanpa agoraphobia dan gangguan kecemasan umum. Ms X berada pada skala 80, jika direntangkan dalam skala 1 (sama sekali tidak takut) sampai 100 (sangat merasa takut). Kepanikan dan rasa takut ini melemahkan Ms X. Ms X mengungkapkan kekhawatiran terus-menerus dipicu oleh peristiwa sehari-hari, termasuk ketidakpatuhan anak-anaknya dan suami dalam pelaksanaan tugas-tugas rumah tangga, kegagalan untuk menyelesaikan pekerjaannya, mengurus sekolah anak-anaknya dan Ms X sempat merasakan kecemasan yang berlebihan pada saat akan wawancara kerja. Ms X menyadari bahwa masalahnya ini menggangu dalam hubungan dengan keluarganya namun subjek tidak mengurangi perilaku ini karena takut kehilangan kontrol sepenuhnya dari keluarganya, sehingga Ms X justru mengintensifkan perilaku ini. Terlepas dari pemenuhan umum yang berlaku dirinya dengan pekerjaan rumah, Ms X gagal mengungkapkan atau menunjukkan penurunan yang signifikan dalam kekhawatiran umum. 
Didalam proses terapinya Ms X cenderung lebih argumentativeness, sering menggunakan kata-kaya ya, tapi, tidak bisa. Ms X mengakui sudah berusaha untuk mengatakan hal-hal positif namun tidak dapat menemukan hal yang membantu. Ms X berpikir bahwa pengobatan tidak akan berhasil untuk dirinya. Saat konsultasi pun Ms X merasa tegang dan argumentatif bersama konselornya.

Case Analysis
Berdasarkan kasus diatas jika dianalisis berdasarkan ciri abnormalnya adalah:
1.      Disfungsi Psikologis
-          Aspek kognitif
Pikiran X terhadap rasa kepanikan dan kecemasannya ini membuat pikiran X melemahkan dirinya, X menjadi takut melakukan kegiatan karena dia berpikir takut mengalami serangan jantung atau bahkan mengalami kematian jika periode kepanikannya sedang berlangsung. Dan subjek berpikir bahwa pengobatan pun tidak akan bisa menyembuhkan dirinya.
-          Aspek afektif
Kepanikan dan kecemasan yang dialami X membuat hubungan X dengan keluarganya tidak berjalan baik, X merasa tidak mampu menjalankan perannya secara baik didalam keluarga.
-          Aspek psikomotorik
Karena kepanikannya dan perasaan cemas yang dirasakan oleh X, X menjadi membatasi dirinya dalam kegiatan yang berhubungan dengan latihan fisik dan yang berhubungan dengan pacuan jantung.

2.      Distres
-          Fisik
Subjek menghindari aktifitas yang melibatkan fisik selain itu subjek sering kali mengalami sulit untuk istirahat dan bersantai, mengalami gangguan tidur berupa insomnia dan sering terbangun ditengah malam.
-          Psikologis
X merasa tidak mampu menjalankan perannya dengan baik didalam rumah tangga, hubungan dirinya dengan keluarganya pun dirasa terganggu karena masalahnya ini. X merasa selalu tidak mampu untuk merubah dirinya, walaupun dia sudah selalu berusaha namun itu tidak membantu dirinya. X sempat tidak mau merubah perilakunya ini karena takut kehilangan perhatian sepenuhnya dari keluarganya.

3.      Respon Atipikal
Respon yang datang dari keluarganya, berupa tekanan dalam hubungan rumah tangga X dan juga hubungan dengan anak-anak X yang terlihat menjadi kurang baik karena perilaku X yang kurang bisa mengontrol dirinya sendiri.

Demikian yang bisa saya sampaikan kali ini. semoga bermanfaat :))

Referensi
Westra, Phoenix. Motivational Enhancement Therapy in Two Cases of Anxiety Disorder New Responses to Treatment Refractoriness. London Health Sciences Centre, London, Ontario.

No comments:

Post a Comment