Hallo! Kali ini saya akan
mencoba untuk menganalisis dari suatu kasus yang sedang marak diperbincangkan
dimedia dan khalayak umum. Berdasarkan kasus tersebut akan saya kaitkan
tentunya dengan teori psikologi abnormal. Dan kasus yang akan saya bahas disini
adalah “kasus mengenai pembunuhan berantai yang dilakukan oleh seorang gay yang
bernama mujianto”. Untuk lebih jelasnya akan saya sajikan sedikit beritanya
dibawah ini :D
Kasus Pembunuhan oleh Mujianto
Kasus pembunuhan berantai yang dilakukan oleh
Mujianto (MJ) dari Nganjuk yang diduga adalah seorang gay saat ini menjadi
perbincangan dimana-mana. Koran, majalah, surat kabar bahkan stasiun televisi
telah menempatkan berita ini menjadi headline berita mereka. Kisah pembunuhan
yang mirip dengan kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Ryan ini telah menelan
korban minimal 15 orang sampai saat ini. Korban masih dimungkinkan akan
bertambah mengingat kasus ini belum selesai sampai saat ini dan para tersangka
terus bertambahn sejak Mujianto ditangkap beberapa waktu yang lalu.
Aksi pembunuhan yang dilakukan
oleh Mujianto telah dimulai sejak 2011 dengan alasan karena cemburu, karena
para korban pembunuhan adalah merupakan orang dekat pasangan sesama jenisnya (gay). Dalam
melakukan aksinya, Mujianto menggunakan racun tikus yang dimasukkan ke dalam
makanan maupun minuman. Bahkan tak hanya itu saja, menurut pengakuannya,
Mujianto juga menyodomi para korbannya juga.
Pembunuhan berantai yang
dilakukan oleh Mujianto bisa terkuak ke permukaan setelah dua korban yang
selamat melaporkan kejadian yang baru saja menimpa mereka kepada pihak yang
berwajib yaitu M Faiz dan Sumartono. Keduanya menceritakan kepada polisi mengenai
pelaku yang belakangan diketahui adalah Mujianto (24) yang bekerja sebagai
pembantu rumah tangga.
Mujianto yang menjadi tersangka
pun kemudian ditangkap di rumah JS di Desa Sonopatik, Kecamatan Berbek,
Nganjuk, Jatim, pada Selasa malam 14 Februari 2012. Dan setelah penangkapan,
diketahui bahwa Mujianto adalah seorang penyuka sesama jenis atau gay. JS yang
dalam hal ini merupakan majikan Mujianto sekaligus menjadi kekasihnya. JS
sendiri pernah menikah dengan seorang perempuan pada tahun 1992-1996 namun tidak
dikaruniai anak.
Salah satu warga yang merupakan
tetangga JS mengungkapkan bahwa pada awalnya Mujianto merupakan PRT di rumah
JS. Tapi akhirnya mereka berpacaran. JS sebagai perempuannnya, sedangkan MJ
sebagai lelakinya. Keduanya sudah menjalin kisah asmara sesama jenis selama dua
tahun, sejak 2011. Namun, di tengah perjalanannya, tersangka MJ cemburu karena
JS diketahui memiliki banyak pacar yang juga pria.
Karena dibakar api cemburu, MJ
nekat mencari tahu nomor ponsel pacar-pacar JS melalui handphone milik JS. MJ
kemudian menghubungi korban-korban yang menurutnya pacar atau teman dekat JS.
Dihubungi dan diajak ketemuan di suatu tempat di Nganjuk, diajak mutar-mutar.
Lalu dikasih makan dan minum yang sudah diracuni, racun tikus timex.
Setelah korbannya pingsan, MJ
kemudian menitipkan para korban kepada masyarakat setempat dengan alasan akan
mencari pertolongan medis dan kemudian dia menghilang. Dari 6 korban (Ahyani 46
tahun, Romadhon (55), Sudarno alias Basori (42) dan seorang lagi belum
diketahui identitasnya, pria berusia 32 tahun) yang diracun pada tahun 2012, hanya dua yang masih hidup
yakni, M Faiz dan Sumartono dan keterangan kedua korban itulah kasus pembunuhan
yang dilakukan MJ terkuak.
Tidak hanya tahun 2012. Dari
keterangan tersangka diketahui, aksi pembunuhannya dilakukan sejak tahun 2011.
Pada 2011 korban yang diracuni sebanyak 9 orang dan belum diketahui semua
bagaimana nasibnya. Yang pasti korban tewas yang saat ini tercatat di
kepolisian ada 4 orang.
Fakta lain terkait mujianto
Mujianto dikenal sebagai lelaki desa dengan pribadi yang pendiam,
kalem dimata tetangganya yang tanpa disangka ia adalah seorang pembunuh
berdarah dingin. Lelaki tamatan sekolah menengah pertama (SMP) itu semasa
sekolah diketahui tidak memiliki kelainan penyuka sesama jenis, ia bersikap
layaknya bocak laki-laki pada umumnya. Putra angkat pasangan Parni dan Winarti
itu terlihat seperti lelaki normal pada umumnya. Namun, pria berusia 24 tahun
itu diketahui memiliki kegemaran memasak dan menyanyi yang jarang disukai kaum
laki-laki. Menginjak dewasa, Mujianto ingin mandiri memiliki pekerjaan sendiri.
Ia lalu bekerja menjadi pembantu di sebuah rumah di Nganjuk. Majikannya itu
memiliki grup organ tunggal dan kerap mengajak Mujianto ikut manggung setiap
ada acara pernikahan tetangganya. Keinginan mujianto untuk menjadi pembantu
pada awalnya karena ia di iming-imingi diberikan motor oleh majikannya sehingga
ia bekerjalah disana dan sejak dia bekerja menjadi pembantu, namun ternyata dia
tidak mendapatkan motor tersebut. Ia mengakui disitulah ia mulai menjadi gay
saat berhubungan dengan majikannya. Sampai saat ini orangtua angkat Mujianto masih
terpukul dan belum bisa berkomentar terkait kasus yang menyangkut anaknya
tersebut.
Beberapa pandangan terkait dengan
kasus mujianto
Widodo
Budidarmo (Ketua Arus Pelangi yang mewadahi kaum gay dan lesbian) menjelaskan
kasus pembunuhan yang dilakukan Mujianto bukan akibat rasa cemburu yang berlebihan
dari kaum gay, melainkan lebih karena kriminal murni. Selain itu dari hasil
pemeriksaan sementara, ternyata tidak ada yang aneh dari perilaku tersangka
saat pemeriksaan, kecuali perubahan perilaku.
Sementara psikolog
forensik A. Kasandra menilai aksi pembunuhan berantai yang dilakukan Mujianto
tidak terkait dengan orientasi seksualnya yang menyukai sesama jenis. Kesadisan
Mujianto dalam membunuh korbannya, menurut Kasandra, justru timbul dari
kesalahan pola asuh sejak kecil yang akhirnya mencetak kepribadian seseorang.
Menurut ahli
psikologi forensik Universitas Surabaya, Yusti Probowati. Berdasarkan teori
psikologi, Mujianto disebut memiliki kecenderungan psikopat dan antisosial
sehingga sikapnya cenderung tidak mengikuti aturan-aturan yang ada. Seseorang
yang masuk dalam ketegori psikopat cenderung tidak mengikuti aturan yang ada
dan memiliki egosenteris yang sangat tinggi. "Pasti ada yang salah dari
masa kecil dia sehingga aturan itu tidak dipahami secara baik" kata Yusti.
Sifat egosentris yang dimiliki oleh Mujianto membuat dirinya sering merasa
tergangggu dengan kondisi yang tidak cocok dengan dirinya, termasuk dengan rasa
cemburu yang besar. "Egosentrisnya tinggi yang menyebabkan dia melakukan
hal yang di luar batas. Itu yang terjadi”. Sebagai seorang psikopat, Mujianto
dinilai tidak mempunyai rasa empati. Yusti menyebut masalah yang dihadapi oleh
Mujianto berada pada dirinya sendiri, bukan dari lingkungannya. "Yang
intinya dia sendiri agak sulit menerima yang melukai dirinya".
Berdasarkan pandangan
diatas, terdapat hal lain yang mendukung bahwa motif pembunuhan ini bukan hanya
karena faktor kecemburuan, tetapi juga ada kaitannya dengan masalah hutang
piutang, berdasarkan laporan yang ada bahwa mujiono selain membunuh para
korbannya juga mengambil harta benda yang dibawa oleh korban, fakta ini
didukung oleh kesaksian penjual handphone yang beberapa kali membeli barang
dari mujiono.
Kini
Mujianto dijerat dengan pasal 338 Jo 340 Jo 378 Jo 372 KUHP tentang pembunuhan
berencana dengan hukuman sebelas tahun penjara.
Referensi
Berdasarkan kasus pembunuhan mujianto diatas apakah
mujianto termasuk kedalam perilaku normal atau abnormal?
Disini saya akan mencoba sedikit menganalisis berdasarkan
ciri perilaku abnormal yang sudah saya dapatkan:
1.
Disfungsi Psikologis
-
Fungsi kognitif:
mujianto sudah tidak dapat berpikir secara jernih bahwa membunuh itu suatu
kesalahan dan melanggar hukum sehingga dia melakukan pembunuhan berulang-ulang.
-
Fungsi afektif:
mujianto merasa cemburu karena banyak lelaki lain yang berhubungan dekat dengan
pasangan gaynya. Faktor lain karena mujianto merasa kecewa joko tidak memenuhi
janjinya memberikan dia motor sehingga dia menumpahkan rasa kecewanya kepada
orang yang memiliki hubungan dekat dengan joko dengan maksud lain mengambil
harta korbannya tersebut. Selain itu mujianto terlihat seperti sudah tidak
punya rasa empati sehingga dia berani dan tega untuk membunuh banyak orang.
-
Fungsi konatif: ---
tidak mengalami gangguan, dapat berfungsi dengan baik ---
2.
Distres
-
Secara fisik: ---
tidak ada perilaku yang ditunjukan untuk merusak fisik sendiri –
-
Secara
psikologis: --- tidak ada perilaku yang ditunjukan untuk merusak psikologis sendiri ---
3.
Respon Atipikal
Pandangan keluarga yang merasa malu terhadap sikap hal
yang dilakukan mujianto. Pandangan orang disekitar yang akan memandang rendah
keluarga mereka dan berpotensi untuk dikucilkan bahwa mujianto bisa tidak
diterima didalam lingkungannya. Selain itu karena masalah ini sudah menjadi
pembicaraan umum banyak sekali orang yang akan mengecam perbuatan mujianto ini.
Dan hukuman yang dia dapatkan dari perilakunya ini berupa hukuman penjara.
Setelah saya menganalisis berdasarkan ciri abnormal yang
saya ketahui makan saya menyimpulkan bahwa perilaku mujianto masih tergolong normal
walaupun mengarah kepada perilaku abnormal karena dia tidak memiliki semua ciri
yang menujukan perilaku abnormal walaupun sebagian besarnya sudah.
Demikian yang bisa saya postingkan kali ini. Bila ada
kesalahan bisa diperbaiki dan semoga bermanfaat :))