Anders Behring Breivik, pria 32 tahun berperawakan tinggi, dengan rambut pirang dan mata biru, dituding sebagai tersangka teroris di Norwegia.
Kejadian
mengerikan pada 22 Juli itu diawali dengan aksi Breivik yang meledakkan sebuah
bom dalam sebuah mobil barang di luar kantor pemerintah di Oslo. Dalam peritiwa
awal itu, 8 korban jiwa melayang. Dua jam usai ledakan, dia kemudian pergi ke
Pulau Utoya 30 kilometer dari Oslo dengan
mengenakan seragam polisi dan melepas tembakan secara membabi-buta ke arah
peserta perkemahan pemuda Partai Buruh Norwegia. Dalam serangan itu, 69 orang
tewas, di antaranya 34 anak muda berusia antara 14 hingga 17 tahun. Puluhan
lainnya menderita luka-luka. Breivik mengambil ide untuk memakai seragam polisi
dalam melaksanakan pembantaian setelah membaca situs milik Al-Qaeda. Dia juga
meniru cara-cara pembunuhan dengan menonton film dokumenter konflik Irak dan
Afghanistan. "Yang paling sukses (organisasi teror) itu Al-Qaeda. Mereka
melakukan aksinya dengan bom bunuh diri. Ini adalah kunci untuk menyukseskan
resistensi," lanjutnya. Breivik menggambarkan bagaimana ia belajar sendiri
untuk mematikan emosinya ketika ditanya jaksa perihal empati terhadap orang
lain. "Kalian bertanya apakah saya punya empati dan emosi, kalian bisa
berkata bahwa saya normal sejak saya pertama kali latihan, saat itu saya
menghilangkannya melalui meditasi," ujarnya.
"Ini tentang kekejaman, aksi barbar. Saya telah mencoba untuk menjauhkan diri saya dari itu," tambahnya. Breivik mengatakan kepada pengadilan masalah yang dipertaruhkan adalah kebebasan berbicara. Menurutnya, sikap nasionalisme sudah dihilangkan sejak Perang Dunia Kedua. Dia terdorong untuk melakukan kekerasan setelah tidak berhasil dalam beberapa cara damai untuk mengumandangkan pandangannya tentang multikulturalisme. "Saya telah mencoba semua cara-cara damai, saya pribadi menemukan bahwa ini adalah sia-sia. Saya mencoba untuk melibatkan diri secara politik, menulis esai, dan tak bisa lolos ke editor. Kemudian hanya ada satu kemungkinan, yaitu kekerasan," kata Breivik. Ketika ditanya apakah ia menganggap serangan terornya adalah perbuatan seorang pengecut, Brevik malah mengatakan perbuatan itu "paling mulia" untuk menantang militer Norwegia.
Ia
juga berharap bisa membunuh mantan Perdana Menteri Gro Harlem Brundtland dengan
memenggal lehernya menggunakan pisau atau bayonet. Ia juga berencana akan
memfilmkan pembunuhan tersebut dengan iPhone dan mengunggah video tersebut ke
Internet. Breivik mengaku berkonsentrasi untuk membunuh orang di atas usia 18.
Karena menurutnya pembunuhan terhadap orang yang lebih muda akan mendapat
kecaman keras. Namun, ketika sebagian korban yang meninggal di bawah umur 18,
Breivik tidak menyesali apa yang dilakukannya. "Saya akan melakukannya lagi,"
katanya. Breivik menggunakan video game "Modern Warfare 2" sebagai
latihan untuk mengetahui medan. Dia juga sering bermain game online "World
of Warcraft" hingga 16 jam sehari.
Sidang
diperkirakan akan berlangsung hingga 10 minggu. Lippestad mengatakan penting
kepada kliennya bahwa orang melihat dia sebagai waras. Anders Breivik
mengaku tidak menyesali perbuatannya yang telah membantai puluhan orang. Pelaku
pemboman dan pembunuhan massal di Norwegia ini, justru malah menyesali telah
membunuh seekor tikus yang tidak sengaja dibunuhnya. Psikiater Ulf Aasgard
mengatakan, "Hal ini umum bagi orang untuk bersikap positif terhadap
hewan, tapi memiliki perasaan yang berlawanan tentang manusia." "Tapi
hal ini adalah kasus paling ekstrim yang pernah saya dengar." Melihat
gelagatnya yang tidak beres, beberapa waktu lalu, pengaca Breivik, Geir
Lippestad, menyatakan tampaknya kliennya memiliki kelainan jiwa. Pengadilan sendiri memutuskan untuk melakukan pemeriksaan
kejiwaan Breivik. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa dia gila, maka ia
akan dibawa ke ruang perawatan kejiwaan. Dan jika ia tidak gila, ia akan
dipenjara dengan ancaman hukuman selama 21 tahun.
Anders Behring Breivik dinyatakan tidak waras. "Kesimpulan dari para
ahli jiwa adalah bahwa Anders Behring Breivik gila," kata jaksa Svein
Holden. Menurut para ahli kejiwaan yang ditunjuk oleh pihak pengadilan, saat
menjalankan aksinya pada Juli lalu itu, Breivik dalam keadaan tidak waras. Pria
berusia 32 tahun itu mengidap paranoid schizophrenia dimana semua tindakan dan
pikirannya diatur oleh delusi. Breivik meyakini ia telah dipilih untuk
menyelamatkan rakyat Norwegia. Dia juga meyakini bahwa dirinya adalah sosok
yang berhak menentukan siapa yang harus mati dan siapa yang harus hidup. "Mereka
menyimpulkan bahwa Anders Behring Breivik selama jangka waktu yang panjang
telah mengembangkan gangguan mental schizophrenia paranoid, yang telah mengubah
dirinya dan membuatnya menjadi orang seperti sekarang ini," terang Holden.
Namun, kesimpulan para ahli kejiwaan ini bertentangan dengan komentar yang
dibuat oleh kepala dewan setelah serangan. Dr Tarjei Rygnestad pada saat itu
mengatakan kepada Associated Press bahwa tidak mungkin Breivik akan dinyatakan
secara hukum gila karena serangan itu begitu hati-hati direncanakan dan
dieksekusi.
Meski dinyatakan tidak sehat secara kejiawaan, Breivik masih akan menjalani
persidangan pada April tahun depan dalam kasus ledakan bom di Oslo dan penembakan
puluhan orang di Pulau Utoya. Breivik sendiri telah mengakui dakwaan yang
dijatuhkan kepadanya namun menegaskan dirinya tidak bersalah. Dalam sidang
sebelumnya, Breivik mengatakan dia datang ke Pulau Utoya yang saat itu dipenuhi
pemuda yang tengah mengikuti perkemahan pemuda Partai Buruh.
Sebelum menembak korban pertamanya, Breivik menuturkan dia mendengar ’100
suara’ di kepalanya agar mengurungkan niatnya itu. Namun, setelah sempat ragu,
dia akhirnya menembak dua korban pertamanya di kepala dan terus berjalan. Breivik
menjelaskan dia mengisi ulang senjatanya saat kehabisan peluru. “Semua memohon
agar tidak dibunuh. Saya tembak mereka semua di kepala,” kata Breivik. Beberapa
orang, lanjut Breivik, berpura-pura mati namun dia mengetahuinya dan tetap
menembak mereka. Breivik melanjutkan aksinya di sekeliling pulau. Dia membujuk
para pemuda itu keluar dari persembunyiannya dengan mengatakan bahwa dia adalah
polisi yang datang untuk melindungi mereka.
Analisis kriteria skizofrenia didalam kasus Anders Behring Breivik:
-
Thought echo
isi pikiran
dirinya sendiri yang berulang dalam kepalanya dan isi pikiran ulangan. Dalam kasus
ini berupa Breivik memiliki pikiran terorisnya itu merupakan aksi kemanusiaan
yang mempermasalahkan multikulturalisme dinegara norwegia. Dan pikirannya ini
yang membuat pemberontakan Breivik terjadi dan berpikir bahwa perbuatannya ini
adalah perbuatan yang paling mulia.
-
Halusinasi
suara halusinasi
yang beromentar secara terus-menerus terhadap perilaku pasien. Dalam kasus ini
terihat pada saat Breivik menuturkan dia mendengar ’100 suara’ di kepalanya
agar mengurungkan niatnya itu. Namun, setelah sempat ragu, dia akhirnya
menembak dua korban pertamanya di kepala dan terus berjalan.
- Gangguan afektif
Breivik menjelaskan bahwa dirinya sudah tidak memiliki
empati lagi, terlihat setelah kejadian tersebut Breivik tidak merasa bersalah
kepada para korban dan menunjukan efek datar saja saat bertemu keluarga korban.
SUMBER:
http://maskolis.blogspot.com/2011/07/sosok-misterius-anders-behring-breivik.html
http://metrotvnews.com/read/news/2012/04/20/88626/Anders-Behring-Breivik-Belajar-dari-Al-Qaeda/7
http://www.faktapos.com/internasional/13725/teroris-norwegia-divonis-gila
No comments:
Post a Comment