May 6, 2012

Analisis Kasus Anders Behring Breivik


Anders Behring Breivik, pria 32 tahun berperawakan tinggi, dengan rambut pirang dan mata biru, dituding sebagai tersangka teroris di Norwegia.

Kejadian mengerikan pada 22 Juli itu diawali dengan aksi Breivik yang meledakkan sebuah bom dalam sebuah mobil barang di luar kantor pemerintah di Oslo. Dalam peritiwa awal itu, 8 korban jiwa melayang. Dua jam usai ledakan, dia kemudian pergi ke Pulau Utoya 30 kilometer dari Oslo dengan mengenakan seragam polisi dan melepas tembakan secara membabi-buta ke arah peserta perkemahan pemuda Partai Buruh Norwegia. Dalam serangan itu, 69 orang tewas, di antaranya 34 anak muda berusia antara 14 hingga 17 tahun. Puluhan lainnya menderita luka-luka. Breivik mengambil ide untuk memakai seragam polisi dalam melaksanakan pembantaian setelah membaca situs milik Al-Qaeda. Dia juga meniru cara-cara pembunuhan dengan menonton film dokumenter konflik Irak dan Afghanistan. "Yang paling sukses (organisasi teror) itu Al-Qaeda. Mereka melakukan aksinya dengan bom bunuh diri. Ini adalah kunci untuk menyukseskan resistensi," lanjutnya. Breivik menggambarkan bagaimana ia belajar sendiri untuk mematikan emosinya ketika ditanya jaksa perihal empati terhadap orang lain. "Kalian bertanya apakah saya punya empati dan emosi, kalian bisa berkata bahwa saya normal sejak saya pertama kali latihan, saat itu saya menghilangkannya melalui meditasi," ujarnya.

"Ini tentang kekejaman, aksi barbar. Saya telah mencoba untuk menjauhkan diri saya dari itu," tambahnya. Breivik mengatakan kepada pengadilan masalah yang dipertaruhkan adalah kebebasan berbicara. Menurutnya, sikap nasionalisme sudah dihilangkan sejak Perang Dunia Kedua. Dia terdorong untuk melakukan kekerasan setelah tidak berhasil dalam beberapa cara damai untuk mengumandangkan pandangannya tentang multikulturalisme. "Saya telah mencoba semua cara-cara damai, saya pribadi menemukan bahwa ini adalah sia-sia. Saya mencoba untuk melibatkan diri secara politik, menulis esai, dan tak bisa lolos ke editor. Kemudian hanya ada satu kemungkinan, yaitu kekerasan," kata Breivik. Ketika ditanya apakah ia menganggap serangan terornya adalah perbuatan seorang pengecut, Brevik malah mengatakan perbuatan itu "paling mulia" untuk menantang militer Norwegia.

Ia juga berharap bisa membunuh mantan Perdana Menteri Gro Harlem Brundtland dengan memenggal lehernya menggunakan pisau atau bayonet. Ia juga berencana akan memfilmkan pembunuhan tersebut dengan iPhone dan mengunggah video tersebut ke Internet. Breivik mengaku berkonsentrasi untuk membunuh orang di atas usia 18. Karena menurutnya pembunuhan terhadap orang yang lebih muda akan mendapat kecaman keras. Namun, ketika sebagian korban yang meninggal di bawah umur 18, Breivik tidak menyesali apa yang dilakukannya. "Saya akan melakukannya lagi," katanya. Breivik menggunakan video game "Modern Warfare 2" sebagai latihan untuk mengetahui medan. Dia juga sering bermain game online "World of Warcraft" hingga 16 jam sehari.
Sidang diperkirakan akan berlangsung hingga 10 minggu. Lippestad mengatakan penting kepada kliennya bahwa orang melihat dia sebagai waras. Anders Breivik mengaku tidak menyesali perbuatannya yang telah membantai puluhan orang. Pelaku pemboman dan pembunuhan massal di Norwegia ini, justru malah menyesali telah membunuh seekor tikus yang tidak sengaja dibunuhnya. Psikiater Ulf Aasgard mengatakan, "Hal ini umum bagi orang untuk bersikap positif terhadap hewan, tapi memiliki perasaan yang berlawanan tentang manusia." "Tapi hal ini adalah kasus paling ekstrim yang pernah saya dengar." Melihat gelagatnya yang tidak beres, beberapa waktu lalu, pengaca Breivik, Geir Lippestad, menyatakan tampaknya kliennya memiliki kelainan jiwa. Pengadilan sendiri memutuskan untuk melakukan pemeriksaan kejiwaan Breivik. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa dia gila, maka ia akan dibawa ke ruang perawatan kejiwaan.  Dan jika ia tidak gila, ia akan dipenjara dengan ancaman hukuman selama 21 tahun.

Anders Behring Breivik dinyatakan tidak waras. "Kesimpulan dari para ahli jiwa adalah bahwa Anders Behring Breivik gila," kata jaksa Svein Holden. Menurut para ahli kejiwaan yang ditunjuk oleh pihak pengadilan, saat menjalankan aksinya pada Juli lalu itu, Breivik dalam keadaan tidak waras. Pria berusia 32 tahun itu mengidap paranoid schizophrenia dimana semua tindakan dan pikirannya diatur oleh delusi. Breivik meyakini ia telah dipilih untuk menyelamatkan rakyat Norwegia. Dia juga meyakini bahwa dirinya adalah sosok yang berhak menentukan siapa yang harus mati dan siapa yang harus hidup. "Mereka menyimpulkan bahwa Anders Behring Breivik selama jangka waktu yang panjang telah mengembangkan gangguan mental schizophrenia paranoid, yang telah mengubah dirinya dan membuatnya menjadi orang seperti sekarang ini," terang Holden.

Namun, kesimpulan para ahli kejiwaan ini bertentangan dengan komentar yang dibuat oleh kepala dewan setelah serangan. Dr Tarjei Rygnestad pada saat itu mengatakan kepada Associated Press bahwa tidak mungkin Breivik akan dinyatakan secara hukum gila karena serangan itu begitu hati-hati direncanakan dan dieksekusi.
Meski dinyatakan tidak sehat secara kejiawaan, Breivik masih akan menjalani persidangan pada April tahun depan dalam kasus ledakan bom di Oslo dan penembakan puluhan orang di Pulau Utoya. Breivik sendiri telah mengakui dakwaan yang dijatuhkan kepadanya namun menegaskan dirinya tidak bersalah. Dalam sidang sebelumnya, Breivik mengatakan dia datang ke Pulau Utoya yang saat itu dipenuhi pemuda yang tengah mengikuti perkemahan pemuda Partai Buruh.

Sebelum menembak korban pertamanya, Breivik menuturkan dia mendengar ’100 suara’ di kepalanya agar mengurungkan niatnya itu. Namun, setelah sempat ragu, dia akhirnya menembak dua korban pertamanya di kepala dan terus berjalan. Breivik menjelaskan dia mengisi ulang senjatanya saat kehabisan peluru. “Semua memohon agar tidak dibunuh. Saya tembak mereka semua di kepala,” kata Breivik. Beberapa orang, lanjut Breivik, berpura-pura mati namun dia mengetahuinya dan tetap menembak mereka. Breivik melanjutkan aksinya di sekeliling pulau. Dia membujuk para pemuda itu keluar dari persembunyiannya dengan mengatakan bahwa dia adalah polisi yang datang untuk melindungi mereka.

Analisis kriteria skizofrenia didalam kasus Anders Behring Breivik:

-      Thought echo
   isi pikiran dirinya sendiri yang berulang dalam kepalanya dan isi pikiran ulangan. Dalam kasus ini berupa Breivik memiliki pikiran terorisnya itu merupakan aksi kemanusiaan yang mempermasalahkan multikulturalisme dinegara norwegia. Dan pikirannya ini yang membuat pemberontakan Breivik terjadi dan berpikir bahwa perbuatannya ini adalah perbuatan yang paling mulia.

-      Halusinasi
    suara halusinasi yang beromentar secara terus-menerus terhadap perilaku pasien. Dalam kasus ini terihat pada saat Breivik menuturkan dia mendengar ’100 suara’ di kepalanya agar mengurungkan niatnya itu. Namun, setelah sempat ragu, dia akhirnya menembak dua korban pertamanya di kepala dan terus berjalan.

- Gangguan afektif 
Breivik menjelaskan bahwa dirinya sudah tidak memiliki empati lagi, terlihat setelah kejadian tersebut Breivik tidak merasa bersalah kepada para korban dan menunjukan efek datar saja saat bertemu keluarga korban. 



SUMBER:
 http://maskolis.blogspot.com/2011/07/sosok-misterius-anders-behring-breivik.html 
http://metrotvnews.com/read/news/2012/04/20/88626/Anders-Behring-Breivik-Belajar-dari-Al-Qaeda/7 
http://www.faktapos.com/internasional/13725/teroris-norwegia-divonis-gila                             

No comments:

Post a Comment