halloo! Kali ini
saya akan menjabarkan salah satu cabang dari kajian psikologi yakni PSIKOLOGI
ABNORMAL.
Apakah yang
dimaksud PSIKOLOGI ABNORMAL?
Berikut ini saya mencantumkan beberapa pengertian
Psikologi Abnormal.
Psikologi abnormal adalah salah satu cabang psikologi yang berupaya untuk memahami pola perilaku abnormal
dan cara menolong orang-orang yang mengalaminya. Psikologi abnormal
mencakup sudut pandang yang lebih luas tentang perilaku abnormal dibandingkan
studi terhadap gangguan mental (atau psikologis). (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).
Psikologi abnormal
adalah salah satu cabang psikologi yang menyelidiki segala bentuk gangguan
mental dan abnormalitas jiwa. (Kartini
Kartono 2000: 25)
Psikologi abnormal atau
psikopatologi didefinisikan sebagai lapangan psikologiyang berhubungan dengan
kelainan atau hambatan kepribadian, yang menyangkut proses dan isi kejiwaan. (Singgih Dirgagunarsa 1999: 140)
Dari definisi
yang dinyatakan dengan kalimat yang berbeda tersebut dapat diidentifikasi pokok-pokok
pengertian psikologi abnormal sebagai berikut.
1. Psikologi abnormal
merupakan salah satu cabang dari psikologi atau psikologi khusus.
2. Yang dibahas dalam psikologi abnormal adalah segala bentuk gangguan atau kelainan jiwa baik yang menyangkut isi (mengenai apa saja yang mengalami kelainan) maupun proses (mengenai faktor penyebab, manifestasi, dan akibat dari gangguan tersebut).
2. Yang dibahas dalam psikologi abnormal adalah segala bentuk gangguan atau kelainan jiwa baik yang menyangkut isi (mengenai apa saja yang mengalami kelainan) maupun proses (mengenai faktor penyebab, manifestasi, dan akibat dari gangguan tersebut).
Manfaat mempelajari psikologi abnormal
Psikologi
abnormal dipelajari dengan harapan dapat diperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang
seluk beluk kelainan jiwa (jenis, gejala, penyebab, cara mencegah dan
menanganinya, dst.). Pengetahuan dan pemahaman mengenai hal tersebut diperlukan
dalam bidang psikiatri dan bimbingan dan konseling. Khusus untuk konselor,
dengan memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai seluk beluk kelainan jiwa
diharapkan dapat bermanfaat bagi upaya pencegahan dan penanganan gangguan jiwa
yang mungkin terjadi pada peserta didik.
Tinjauan psikologi abnormal berdasarkan sudut
pandang tertentu
Berikut
ini dikemukakan beberapa konsepsi mengenai abnormalitas menurut tinjauan
tertentu (Maramis, 2005 : 94-100; Kartini Kartono, 1999 : 1-10).
1. Abnormalitas menurut Konsepsi Statistik
Secara statistik
suatu gejala dinyatakan sebagai abnormal bila menyimpang dari mayoritas. Dengan
demikian seorang yang jenius sama- sama abnormalnya dengan seorang idiot,
seorang yang jujur menjadi abnormal diantara komunitas orang yang tidak jujur
2. Abnormal
menurut Konsepsi Patologis
Berdasarkan
konsepsi ini tingkah laku individu dinyatakan tidak normal bila terdapat
simptom-simptom klinis tertentu, misalnya ilusi, halusinasi, obsesi, fobia,dst.
Sebaliknya individu yang tingkah lakunya tidak menunjukkan adanya
simptom-simptom tersebut adalah individu yang normal.
3. Abnormal
menurut Konsepsi Penyesuaian Pribadi
Menurut konsepsi
ini seseorang dinyatakan penyesuaiannya baik bila yang bersangkutan mampu
menangani setiap masalah yang dihadapinya dengan berhasil. Dan hal itu menunjukkan
bahwa dirinya memiliki jiwa yang normal. Tetapi bila dalam menghadapi maslah
dirinya menunjukkan kecemasan, kesedihan, ketakutan, dst. yang pada akhirnya masalah
tidak terpecahkan, maka dikatakan bahwa penyesuaian pribadinya tidak baik, sehingga
dinyatakan jiwanya tidak normal.
4. Abnormalitas menurut
Konsepsi Sosio-kultural Setiap masyarakat pasti memiliki seperangkat norma yang
berfungsi sebagai pengatur tingkah laku para anggotanya. Individu sebagai
anggota masyarakat dituntut untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma sosial
dan susila di mana dia berada. Bila individu tingkah lakunya menyimpang dari norma-norma
tersebut, maka dirinya dinyatakan sebagai individu yang tidak normal.
5. Abnormalitas
menurut Konsepsi Kematangan Pribadi Menurut konsepsi kematangan pribadi,
seseorang dinyatakan normal jiwanya bila dirinya telah menunjukkan kematangan
pribadinya, yaitu bila dirinya mampu berperilaku sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
Mitos dan fakta tentang
perilaku abnormal
MITOS |
FAKTA
|
·
Perilaku abnormal sangat aneh dan sangat berbeda
dengan orang normal
·
Gangguan mental akibat adanya kekurangan dalam
diri yang tidak teratasi
·
Gangguan mental dipengaruhi sihir atau magic
|
·
Penderita gangguan sukar dibedakan dengan orang
normal
·
Setiap orang punya potensi dan kesempatan sama
untuk terganggu dan bertingkah laku abnormal
·
Banyak orang-orang yang percaya Tuhan terkena gangguan mental dan masyarakat
kurang mengetahui pengetahuan ilmiah.
|
- Perspektif ini menggunakan pengukuran statistik dimana semua variabel yang yang akan diukur didistribusikan ke dalam suatu kurva normal atau kurva dengan bentuk lonceng. Kebanyakan orang akan berada pada bagian tengah kurva, sebaliknya abnormalitas ditunjukkan pada distribusi di kedua ujung kurva.
- Digunakan dalam bidang medis atau psikologis. Misalnya mengukur tekanan darah, tinggi badan, intelegensi, ketrampilan membaca, dsb.
- Namun, kita jarang menggunakan istilah abnormal untuk salah satu kutub (sebelah kanan). Misalnya orang yang mempunyai IQ 150, tidak disebut sebagai abnormal tapi jenius.
- Tidak selamanya yang jarang terjadi adalah abnormal. Misalnya seorang atlet yang mempunyai kemampuan luar biasa tidak dikatakan abnormal. Untuk itu dibutuhkan informasi lain sehingga dapat ditentukan apakah perilaku itu normal atau abnormal.
2. Unexpectedness
- Biasanya perilaku abnormal merupakan suatu bentuk respon yang tidak diharapkan terjadi. Contohnya seseorang tiba-tiba menjadi cemas (misalnya ditunjukkan dengan berkeringat dan gemetar) ketika berada di tengah-tengah suasana keluarganya yang berbahagia. Atau seseorang mengkhawatirkan kondisi keuangan keluarganya, padahal ekonomi keluarganya saat itu sedang meningkat. Respon yang ditunjukkan adalah tidak diharapkan terjadi.
3. Violation of norms
- Perilaku abnormal ditentukan dengan mempertimbangkan konteks sosial dimana perilaku tersebut terjadi.
- Jika perilaku sesuai dengan norma masyarakat, berarti normal. Sebaliknya jika bertentangan dengan norma yang berlaku, berarti abnormal.
- Kriteria ini mengakibatkan definisi abnormal bersifat relatif tergantung pada norma masyarakat dan budaya pada saat itu. Misalnya di Amerika pada tahun 1970-an, homoseksual merupakan perilaku abnormal, tapi sekarang homoseksual tidak lagi dianggap abnormal.
- Walaupun kriteria ini dapat membantu untuk mengklarifikasi relativitas definisi abnormal sesuai sejarah dan budaya tapi kriteria ini tidak cukup untuk mendefinisikan abnormalitas. Misalnya pelacuran dan perampokan yang jelas melanggar norma masyarakat tidak dijadikan salah satu kajian dalam psikologi abnormal.
4. Personal distress
- Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan bagi individu.
- Tidak semua gangguan (disorder) menyebabkan distress. Misalnya psikopat yang mengancam atau melukai orang lain tanpa menunjukkan suatu rasa bersalah atau kecemasan.
- Juga tidak semua penderitaan atau kesakitan merupakan abnormal. Misalnya seseorang yang sakit karena disuntik.
- Kriteria ini bersifat subjektif karena susah untuk menentukan setandar tingkat distress seseorang agar dapat diberlakukan secara umum.
5. Disability
- Individu mengalami ketidakmampuan (kesulitan) untuk mencapai tujuan karena abnormalitas yang dideritanya. Misalnya para pemakai narkoba dianggap abnormal karena pemakaian narkoba telah mengakibatkan mereka mengalami kesulitan untuk menjalankan fungsi akademik, sosial atau pekerjaan.
- Tidak begitu jelas juga apakah seseorang yang abnormal juga mengalami disability. Misalnya seseorang yang mempunyai gangguan seksual voyeurisme (mendapatkan kepuasan seksual dengan cara mengintip orang lain telanjang atau sedang melakukan hubungan seksual), tidak jelas juga apakah ia mengalami disability dalam masalah seksual.
Dari semua kriteria di
atas menunjukkan bahwa perilaku abnormal sulit untuk didefinisikan. Tidak ada
satupun kriteria yang secara sempurna dapat membedakan abnormal dari perilaku
normal. Tapi sekurang-kurangnya kriteria tersebut berusaha untuk dapat
menentukan definisi perilaku abnormal. Dan adanya kriteria pertimbangan sosial
menjelaskan bahwa abnormalitas adalah sesuatu yang bersifat relatif dan
dipengaruhi oleh budaya serta waktu.
Demikianlah sedikit
penjelasan mengenai PSIKOLOGI ABNORMAL. Semoga bermanfaat :))
No comments:
Post a Comment