February 26, 2012

Analisis Kasus Pembunuhan Mujianto

Hallo! Kali ini saya akan mencoba untuk menganalisis dari suatu kasus yang sedang marak diperbincangkan dimedia dan khalayak umum. Berdasarkan kasus tersebut akan saya kaitkan tentunya dengan teori psikologi abnormal. Dan kasus yang akan saya bahas disini adalah “kasus mengenai pembunuhan berantai yang dilakukan oleh seorang gay yang bernama mujianto”. Untuk lebih jelasnya akan saya sajikan sedikit beritanya dibawah ini :D

Kasus Pembunuhan oleh Mujianto
Kasus pembunuhan berantai yang dilakukan oleh Mujianto (MJ) dari Nganjuk yang diduga adalah seorang gay saat ini menjadi perbincangan dimana-mana. Koran, majalah, surat kabar bahkan stasiun televisi telah menempatkan berita ini menjadi headline berita mereka. Kisah pembunuhan yang mirip dengan kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Ryan ini telah menelan korban minimal 15 orang sampai saat ini. Korban masih dimungkinkan akan bertambah mengingat kasus ini belum selesai sampai saat ini dan para tersangka terus bertambahn sejak Mujianto ditangkap beberapa waktu yang lalu.

Aksi pembunuhan yang dilakukan oleh Mujianto telah dimulai sejak 2011 dengan alasan karena cemburu, karena para korban pembunuhan adalah merupakan orang dekat pasangan sesama jenisnya (gay). Dalam melakukan aksinya, Mujianto menggunakan racun tikus yang dimasukkan ke dalam makanan maupun minuman. Bahkan tak hanya itu saja, menurut pengakuannya, Mujianto juga menyodomi para korbannya juga.

Pembunuhan berantai yang dilakukan oleh Mujianto bisa terkuak ke permukaan setelah dua korban yang selamat melaporkan kejadian yang baru saja menimpa mereka kepada pihak yang berwajib yaitu M Faiz dan Sumartono. Keduanya menceritakan kepada polisi mengenai pelaku yang belakangan diketahui adalah Mujianto (24) yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga.

Mujianto yang menjadi tersangka pun kemudian ditangkap di rumah JS di Desa Sonopatik, Kecamatan Berbek, Nganjuk, Jatim, pada Selasa malam 14 Februari 2012. Dan setelah penangkapan, diketahui bahwa Mujianto adalah seorang penyuka sesama jenis atau gay. JS yang dalam hal ini merupakan majikan Mujianto sekaligus menjadi kekasihnya. JS sendiri pernah menikah dengan seorang perempuan pada tahun 1992-1996 namun tidak dikaruniai anak.

Salah satu warga yang merupakan tetangga JS mengungkapkan bahwa pada awalnya Mujianto merupakan PRT di rumah JS. Tapi akhirnya mereka berpacaran. JS sebagai perempuannnya, sedangkan MJ sebagai lelakinya. Keduanya sudah menjalin kisah asmara sesama jenis selama dua tahun, sejak 2011. Namun, di tengah perjalanannya, tersangka MJ cemburu karena JS diketahui memiliki banyak pacar yang juga pria.

Karena dibakar api cemburu, MJ nekat mencari tahu nomor ponsel pacar-pacar JS melalui handphone milik JS. MJ kemudian menghubungi korban-korban yang menurutnya pacar atau teman dekat JS. Dihubungi dan diajak ketemuan di suatu tempat di Nganjuk, diajak mutar-mutar. Lalu dikasih makan dan minum yang sudah diracuni, racun tikus timex.

Setelah korbannya pingsan, MJ kemudian menitipkan para korban kepada masyarakat setempat dengan alasan akan mencari pertolongan medis dan kemudian dia menghilang. Dari 6 korban (Ahyani 46 tahun, Romadhon (55), Sudarno alias Basori (42) dan seorang lagi belum diketahui identitasnya, pria berusia 32 tahun) yang diracun pada tahun 2012, hanya dua yang masih hidup yakni, M Faiz dan Sumartono dan keterangan kedua korban itulah kasus pembunuhan yang dilakukan MJ terkuak.

Tidak hanya tahun 2012. Dari keterangan tersangka diketahui, aksi pembunuhannya dilakukan sejak tahun 2011. Pada 2011 korban yang diracuni sebanyak 9 orang dan belum diketahui semua bagaimana nasibnya. Yang pasti korban tewas yang saat ini tercatat di kepolisian ada 4 orang.


Fakta lain terkait mujianto
Mujianto dikenal sebagai lelaki desa dengan pribadi yang pendiam, kalem dimata tetangganya yang tanpa disangka ia adalah seorang pembunuh berdarah dingin. Lelaki tamatan sekolah menengah pertama (SMP) itu semasa sekolah diketahui tidak memiliki kelainan penyuka sesama jenis, ia bersikap layaknya bocak laki-laki pada umumnya. Putra angkat pasangan Parni dan Winarti itu terlihat seperti lelaki normal pada umumnya. Namun, pria berusia 24 tahun itu diketahui memiliki kegemaran memasak dan menyanyi yang jarang disukai kaum laki-laki. Menginjak dewasa, Mujianto ingin mandiri memiliki pekerjaan sendiri. Ia lalu bekerja menjadi pembantu di sebuah rumah di Nganjuk. Majikannya itu memiliki grup organ tunggal dan kerap mengajak Mujianto ikut manggung setiap ada acara pernikahan tetangganya. Keinginan mujianto untuk menjadi pembantu pada awalnya karena ia di iming-imingi diberikan motor oleh majikannya sehingga ia bekerjalah disana dan sejak dia bekerja menjadi pembantu, namun ternyata dia tidak mendapatkan motor tersebut. Ia mengakui disitulah ia mulai menjadi gay saat berhubungan dengan majikannya. Sampai saat ini orangtua angkat Mujianto masih terpukul dan belum bisa berkomentar terkait kasus yang menyangkut anaknya tersebut. 

Beberapa pandangan terkait dengan kasus mujianto
Widodo Budidarmo (Ketua Arus Pelangi yang mewadahi kaum gay dan lesbian) menjelaskan kasus pembunuhan yang dilakukan Mujianto bukan akibat rasa cemburu yang berlebihan dari kaum gay, melainkan lebih karena kriminal murni. Selain itu dari hasil pemeriksaan sementara, ternyata tidak ada yang aneh dari perilaku tersangka saat pemeriksaan, kecuali perubahan perilaku.

Sementara psikolog forensik A. Kasandra menilai aksi pembunuhan berantai yang dilakukan Mujianto tidak terkait dengan orientasi seksualnya yang menyukai sesama jenis. Kesadisan Mujianto dalam membunuh korbannya, menurut Kasandra, justru timbul dari kesalahan pola asuh sejak kecil yang akhirnya mencetak kepribadian seseorang.

Menurut ahli psikologi forensik Universitas Surabaya, Yusti Probowati. Berdasarkan teori psikologi, Mujianto disebut memiliki kecenderungan psikopat dan antisosial sehingga sikapnya cenderung tidak mengikuti aturan-aturan yang ada. Seseorang yang masuk dalam ketegori psikopat cenderung tidak mengikuti aturan yang ada dan memiliki egosenteris yang sangat tinggi. "Pasti ada yang salah dari masa kecil dia sehingga aturan itu tidak dipahami secara baik" kata Yusti. Sifat egosentris yang dimiliki oleh Mujianto membuat dirinya sering merasa tergangggu dengan kondisi yang tidak cocok dengan dirinya, termasuk dengan rasa cemburu yang besar. "Egosentrisnya tinggi yang menyebabkan dia melakukan hal yang di luar batas. Itu yang terjadi”. Sebagai seorang psikopat, Mujianto dinilai tidak mempunyai rasa empati. Yusti menyebut masalah yang dihadapi oleh Mujianto berada pada dirinya sendiri, bukan dari lingkungannya. "Yang intinya dia sendiri agak sulit menerima yang melukai dirinya".

Berdasarkan pandangan diatas, terdapat hal lain yang mendukung bahwa motif pembunuhan ini bukan hanya karena faktor kecemburuan, tetapi juga ada kaitannya dengan masalah hutang piutang, berdasarkan laporan yang ada bahwa mujiono selain membunuh para korbannya juga mengambil harta benda yang dibawa oleh korban, fakta ini didukung oleh kesaksian penjual handphone yang beberapa kali membeli barang dari mujiono.

Kini Mujianto dijerat dengan pasal 338 Jo 340 Jo 378 Jo 372 KUHP tentang pembunuhan berencana dengan hukuman sebelas tahun penjara.

Referensi






Berdasarkan kasus pembunuhan mujianto diatas apakah mujianto termasuk kedalam perilaku normal atau abnormal?

Disini saya akan mencoba sedikit menganalisis berdasarkan ciri perilaku abnormal yang sudah saya dapatkan:

1.      Disfungsi Psikologis
-          Fungsi kognitif: mujianto sudah tidak dapat berpikir secara jernih bahwa membunuh itu suatu kesalahan dan melanggar hukum sehingga dia melakukan pembunuhan berulang-ulang.
-          Fungsi afektif: mujianto merasa cemburu karena banyak lelaki lain yang berhubungan dekat dengan pasangan gaynya. Faktor lain karena mujianto merasa kecewa joko tidak memenuhi janjinya memberikan dia motor sehingga dia menumpahkan rasa kecewanya kepada orang yang memiliki hubungan dekat dengan joko dengan maksud lain mengambil harta korbannya tersebut. Selain itu mujianto terlihat seperti sudah tidak punya rasa empati sehingga dia berani dan tega untuk membunuh banyak orang.
-          Fungsi konatif: --- tidak mengalami gangguan, dapat berfungsi dengan baik ---

2.      Distres
-          Secara fisik: --- tidak ada perilaku yang ditunjukan untuk merusak fisik sendiri –
-          Secara psikologis: --- tidak ada perilaku yang ditunjukan untuk merusak psikologis sendiri ---

3.      Respon Atipikal
Pandangan keluarga yang merasa malu terhadap sikap hal yang dilakukan mujianto. Pandangan orang disekitar yang akan memandang rendah keluarga mereka dan berpotensi untuk dikucilkan bahwa mujianto bisa tidak diterima didalam lingkungannya. Selain itu karena masalah ini sudah menjadi pembicaraan umum banyak sekali orang yang akan mengecam perbuatan mujianto ini. Dan hukuman yang dia dapatkan dari perilakunya ini berupa hukuman penjara.

Setelah saya menganalisis berdasarkan ciri abnormal yang saya ketahui makan saya menyimpulkan bahwa perilaku mujianto masih tergolong normal walaupun mengarah kepada perilaku abnormal karena dia tidak memiliki semua ciri yang menujukan perilaku abnormal walaupun sebagian besarnya sudah.

Demikian yang bisa saya postingkan kali ini. Bila ada kesalahan bisa diperbaiki dan semoga bermanfaat :))

1 comment:

  1. kesimpulan akhir yang aneh. Sedikit nda konkret kayaknya.

    ReplyDelete